Metode EDFAT dalam Jurnalisme

Sebelum
Menerapkan EDFAT
Untuk memulai menerapkan metode EDFAT, Anda perlu membiasakan diri melihat sebuah adegan dalam jangkauan luas, menengah dan sempit. Dalam jangkauan luas Anda bisa menggunakan type of shot yaitu Extreme Long Shot, untuk jangkauan menengah Anda bisa menggunakan Medium Shot, sedangkan untuk jangkauan sempit Anda bisa menggunakan Close Up. Tiga type of shot atau teknik pengambilan gambar tersebut sifatnya relative.
Apa ini perlu? Ya, karena masing-masing dari type of shot akan
memperlihatkan adegan dalam visual yang berbeda, sehingga ini penting untuk
diketahui oleh semua fotografer. Anda akan memahami maksud saya setelah membaca
pejelasan rinci EDFAT di bawah ini:
E =
Entire
Entire atau disebut juga sebagai "established shot" diartikan sebagai "keseluruhan". Pada tahap ini Anda akan mengambil adegan secara keseluruhan sebagai awal foto essay. Apakah cuma sebatas itu saja?
Sebelum terjun ke lapangan, biasanya fotografer jurnalis sudah memiliki ide atau rencana awal untuk adegan seperti apa yang ingin ditangkap atau gambar seperti apa yang ingin dihasilkan. Entah itu berdasarkan ide sendiri atau karena tugas jurnalis yang dibebankan kepada sang fotografer. Lalu kemudian menentukan lokasi di mana fotografer bisa menemukan adegan tersebut, dan juga mempersiapkan perlatan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jadi misalnya Anda akan memotret adegan "transaksi jual-beli" dengan memilih "pasar" sebagai lokasinya, maka untuk foto pertama Anda perlu menunjukan adegan pasar dalam jangkauan luas beserta interaksi di dalamnya. Inilah yang dimaksud pada tahap entire. Dan karena ini jangkauan luas maka adegan akan ditangkap dalam pengaturan extreme long shot atau pengaturan lainnya yang lebih baik menurut Anda. Paham?
Dalam penerapannya, Anda bisa mengambil adegan dari jarak sekitar 15 kaki (tergantung focal length lensa Anda), kemudian fokus pada seluruh orang sebagai bagian dari lingkungan. Lakukan satu atau dua tembakan dengan pengaturan frame horizontal, kemudian lakukan cara yang sama namun dengan pengaturan vertikal.
Teruslah bergerak di sekitar orang-orang tersebut dan variasi komposisi serta pengaturan kamera Anda. Beberapa orang menganjurkan agar sebaiknya jangan menempatkan orang di tengah frame (terserah Anda). Masih dalam keadaan memotret, teruslah menjelajah melalui lensa Anda. Bergerak di sekitar 10 kaki lalu ulangi prosedur. Kemudian bergerak di jarak sekitar 7 kaki (jangkauan menengah - medium shot) dan ulangi proses shooting Anda. Sekali lagi ingat, jarak di atas bisa saja berubah tergantung berapa focal length lensa yang Anda gunakan.
D =
Detail
Detail merupakan pemilihan adegan spesifik dari tahap entire di atas. Pada tahap ini Anda perlu berfikir untuk menentukan bagian mana dari seluruh adegan yang menjadi prioritas dengan berfokus pada subjek mana yang interaksinya paling sesuai dengan ekspektasi Anda.
Jika tujuan Anda memotret transaksi jual-beli di pasar, maka cari adegan yang benar-benar bisa memenuhi tujuan Anda. Karena ini tahap "detail", maka jangan hanya memotret kelompok pembeli dan kelompok penjual yang tidak melakukan interaksi apa-apa. Karena tidak lagi seperti pada tahap entire sebelumnya, maka pada tahap detail ini Anda akan mulai masuk ke bagian inti cerita. Paham maksud saya?
Dalam penerapannya ambil jarak sekitar 5 kaki. Berkosentrasilah untuk mengambil gambar subjek mulai dari pinggang hingga ke atas. Ini sama halnya Anda akan menangkap gambar portrait dengan pengaturan close up.
F =
Frame
Tahap ini sebenarnya merupakan bagian dari tahap detail di atas, atau kata lain Anda akan menerapkan dua tahap sekali eksekusi. Pada tahap ini Anda akan mulai belajar membingkai adegan detail yang saya bicarakan di atas. Di sini Anda harus berfikir bagaimana baiknya memposisikan subjek dalam frame untuk memperkuat cerita dalam foto Anda. Coba lakukan obrolan singkat dengan subjek, kenali latar belakang dan kepribadiannya. Selanjutnya Anda akan tahu apa saja elemen disekitar subjek yang perlu dimasukkan dalam frame.
Masih sama seperti tahap deatil, Anda akan menembak secara close up. Lakukan dua kali tembakan untuk masing-masing pengaturan horizontal dan vertikal. Setiap tembakan tidak harus menampilkan visual yang sama. Dan dalam penerapannya, mungkin Anda perlu memberlakukan Aturan Pertiga (Rule of Thirds) yaitu anjuran untuk meletakkan posisi POI dalam frame.
A =
Angle
Sederhananya bahwa tahap ini menganjurkan Anda untuk tidak terpaku pada 1 angle saja. Tahukah Anda bahwa setiap angle akan menunjukan visual yang berbeda? Saya beri contoh: ketika Anda akan memotret seorang pengemis yang sedang duduk, Anda bisa menggunakan "high angle" untuk membuat subjek terlihat "kerdil, menyedihkan, terpuruk, atau penuh iba". Inilah visual yang saya maksud dan sekali lagi ini cuma contoh. Oleh karena itu cobalah untuk memvariasikan angle Anda dengan mengambil gambar dari sudut kiri, kanan, ketinggian dan kerendahan.
Selanjutnya masih pada tahap angle, cobalah untuk bergerak untuk lebih dekat lagi dengan subjek Anda dan pelajari mimik serta rincian pada wajah subjek. Berkonsentrasilah untuk memotret hanya pada mata, hidung, bibir, rambut atau fitur lain pada wajah. Ini sama halnya Anda menembak dengan pengaturan "big close up". Dan jangan lupa untuk selalu menembak dengan pengaturan horizontal dan vertikal. Sekarang Anda akan belajar untuk mendapatkan karakter subjek atau apa yang disebut potret kepribadian.
T = Time
Selama menerapkan metode EDFAT di atas, sesungguhnya Anda akan menerapkan tahap "time" dalam dua cara: pertama, efesiensi waktu Anda untuk cepat tanggap saat melihat sebuah adegan. Kedua, pengaturan kamera yang tepat untuk mengeksekusi adegan tersebut.
Efisiensi Waktu
Semoga Anda sepakat dengan saya bahwa dalam jusnalistik itu kita mengejar "momen". Dan ada momen yang datang dan berlalu begitu cepat, maka sebaiknya mata Anda selalu siaga untuk menangkap momen tersebut yang bisa saja itu tidak terjadi 2x. Benar gak? Oleh sebab itu seorang fotografer jurnalis dituntut untuk cepat tanggap dalam berfikir ketika melihat sebuah kejadian. Apalagi jika itu momen dadakkan? Pemahaman penting lainnya yang harus Anda ingat pada tahap time ini bahwa Anda harus bisa mengeksplorasi rincian lengkap dari banyaknya visual dan memungkinkan itu terjadi pada satu subjek saja (jika memungkinkan).
Pengaturan Kamera
Jangan abaikan masalah teknis, kesalahan dalam mengatur kamera bisa berakibat fatal pada gambar-gambar Anda, apalagi jika gambar berisi momen langkah. Memang benar bahwa dalam fotografi jurnalis yang utama adalah "cerita" dan ada toleransi pada masalah teknis. Tapi alangkah lebih baik lagi jika Anda memahami pengaturan kamera lebih jauh, seperti menggunakan eksposur yang pas (tidak over atau under), bermain kedalaman ruang (depht of field), penggunaan white balance (WB) atau penggunaan shutter speed yang tepat untuk menangani gerakan subjek. Intinya Anda membutuhkan "sedikit-banyaknya" pengetahuan teknis untuk menyempurnakan hasil Anda.
Maka untuk mendukung pekerjaan Anda sebagai fotografer jurnalis, berikut daftar artikel yang bisa Anda pelajari terkait masalah teknis kamera dan pedoman menyusun komposisi:
§
Eksposur (shutter speed, aperture, ISO)
§
Mode-mode pemotretan
§
Komposisi
Penjelasannya sangat membantu sekali
BalasHapusKuota komik axis untuk apa saja